وعن أبي بكرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أنه قالَ لرسولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ: عَلِّمْنِي دُعاءً أَدْعو به في صَلاتِي. قالَ: ((قُلْ: اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا، وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ، وَارْحَمْنِي إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ)). مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
“Abu Bakr radhiallahu ‘anhu pernah berkata kepada nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai rasulullah, ajarilah aku sebuah do’a yang bisa kupanjatkan dalam shalatku.” Nabi menjawab, “Katakanlah
Allahumma inni zhalamtu nafsi zhulman katsira wa laa yaghfirudz dzunuba illa anta faghfirli maghfiratan min ‘indika warhamni innaka antal ghafurur rahim
(Ya Allah, sesungguhnya aku telah banyak menzhalimi diri sendiri dan tidak ada yang mampu mengampuni dosa melainkan Engkau, maka berilah ampunan kepadaku dari sisi-Mu, dan kasihanilah aku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”)
Cobalah kita memerhatikan dan merenungkan hadits yang agung ini. Bagaimana Ash Shiddiqul Akbar, Abu Bakr radhiallahu ‘anhu meminta kepada nabi agar mengajarkan sebuah do’a untuk dipanjatkan dalam shalatnya, dan nabi pun memerintahkan beliau untuk mengucapkan do’a di atas. Padahal kita semua tahu kedudukan Abu Bakr.
Bagaimana pula dengan diri kita, yang senantiasa melampaui batas terhadap diri sendiri, apa yang layak kita ucapkan?!
No comments:
Post a Comment