The factors stated above are things that can never be seperated from 'Aqeedah and it has to be understood in a true manner. This is because a wrong form of understanding will result in a distorted life, away from the truth. Dr Yusuf Al-Qaradhawi has managed to explain the arguments regarding the problems above in light of opinions of great scholars from both sides; salaf and khalaf, in a fair and moderate manner refraining from critisizing and labelling and using an open-minded approach weighing the pros and cons and similarities between both sides with the help of opinions from past great scholars from both sides on the issue.
This is an excerpt from the book of some interesting facts from two Imams from Madzhab Asy'ariyah and thier advice for the masses regarding the way to understand Aqeedah (Islamic Belief):
Imam Haramain Kembali kepada Madzhab Salaf
Salah seorang yang mengumumkan untuk kembali kepada manhaj salaf dengan jelas dan berani - yang sedikit sekali dilakukan kecuali oleh orang-orang ikhlas - adalah Imam Al-Haramain Abul Ma'ali Abdul Malik Al-Juwaini (w. 476). Dia adalah pilar paling kuat madzhab Asy'ariyah, pemberi komentarnya, pendukung filsafatnya, serta membelanya dengan tulisan dan ucapan dalam setiap perdebatan dan polemik. Dalam madzhab itulah dia lahir, tumbuh, berkembang dan terdidik.
Demikianlah, kehidupan Imam Al-Haramain Abul Ma'ali. Sehingga tidak aneh jika sebagian peneliti ada yang menganggapnya sebagai pendiri Madzhab Asy'ariyah. Dalam riset yang tidak diterbitkan, Syaikh Ali Jabir menulis disertasi pada Fakultas Ushuluddin dengan judul "Imam Al Haramain Bani Al-Asy'ariyyah Al-Haditsah" (Imam Al-Haramain Peletak Madzhab Asy'ari Moden)
Namun, Allah menunjukkannya kepada kebenaran. Pada akhir hayatnya, kita melihat dia mengubah arah hidup dan manhajnya. Dia berpaling dari jalan takwil-takwil kaum khalaf menuju jalan kaum salaf yang meninggalkan takwil. Dia tidak menolak untuk mengumumkan hal itu dengan sangat jelas. Inilah yang dia tulis dalam "Ar-Risalah An-Nizhamiyyah fi Al-Arkan Al-Islamiyyah" ['Akidah Salaf & Khalaf' : 176-177]
Sikap Imam Al-Haramain terhadap orang Awam
Dalam "Al-Ghayatsi" dia (Imam Al-Haramain) telah menyebutkan tentang hal-hal yang wajib dilakukan oleh ulama tentang akidah orang awam. Dengan sebuah penegasan bahawa hal yang sangat diinginkan olehnya adalah menyatukan manusia kepada madzhab kaum salaf, yaitu sebelum hawa nafsu tersebar dan pemikiran melenceng. Kaum salaf melarang manusia untuk mencari hal-hal yang samar, mendalami hal-hal yang rumit, memperhatikan misteri, menitikberatkan kepada hal-hal syubhat, dan memaksa mencari jawaban terhadap pertanyaan yang tidak pernah terjadi. Meraka menyuruh agar perhatian dipalingkan kepada kebaikan dan takwa, meninggalkan hal yang merugikan dan taat sesuai dengan kemampuan. Mereka meninggalkan hal yang dilakukan oleh orang-orang sekarang, baik dalam bentuk kelemahan, kegelisahan, dan kebingungan.
Mereka adalah orang-orang yang berotak cerdas dan memiliki argumentasi yang sangat valid. Namun, mereka hati-hati untuk menerobos hal-hal syubhat - penyeru penyimpangan dan penyebab kesesatan -. Mereka hati-hati terhadap hak umat Islam yang sekarang sedang diuji dan ditolak. Jika orang-orang awam bisa dipalingkan kepada hal itu, ia adalah lebih baik" (Lihat "Al-Ghayatsi", "poin 280, tahqiq: Dr Abdul Azhim Ad-Dib)
Saya(Dr Yusuf Al-Qaradhawi) pikir, wasiat Imam al-Haramain ini ada sebelum dia mengumumkan untuk kembali kepada madzhab salaf dalam "Al-'Aqidah An-Nizhamiyyah"
Sangat indah sekali hal yang diwasiatkan oleh imam ini.
Kebaikan adalah mengikuti kaum salaf
Kejelekan adalah menyalahi kaum khalaf
Sikap Imam Al-Ghazali
Mirip dengan sikap di atas adalah sikap muridnya Imam Al-Haramain, yaitu Imam Abu Hamid Al-Ghazali yang ditulis dalam karyanya yang berjudul "Iljam Al-'Awwam 'an 'Ilm Al-Kalam".
Dalam karya tersebut dia menulis, "Ketahuilah, bahawa kebenaran yang jelas dan tidak diragukan lagi bagi orang-orang yang berakal adalah madhab salaf, yaitu madzhab para sahabat dan tabi'in. Di sini, saya ingin memberikan bukti dan menegaskan bahawa hakekat madzhab salaf - yang menurut kita paling benar - adalah bahawa setiap hadits yang sampai kepada mereka dan ada hubungannya dengan orang-orang awam harus disikapi dengan beberapa cara; menyucikan (taqdis), membenarkan (tashdiq), mengakui kelemahan (i'tiraf bi al-'ajz), diam (sukut), menahan (imsak), cukup (kaff), dan menyerahkan kepada orang berilmu (taslim li ahl al-ma'rifah).
- Menyucikan adalah menyucikan Allah dari jasad dan sejenisnya.
- Membenarkan adalah mengimani sabda Nabi, bahawa segala yang disabdakan oleh beliau adalah benar, sama ada dengan sabda yang diucapkan oleh orang yang jujur. Sabda itu adalah benar sesuai dengan yang disabdakan dan diiginkan oleh beliau.
- Mengakui kelemahan adalah mengakui bahawa mengetahui maknanya harus sesuai dengan kemampuan. Dan, mengetahui maknanya tidak menjadi tugasnya.
- Diam adalah tidak bertanya atau mencari-cari tentang maknanya. Kaum salaf mengetahui bahawa bertanya tentang hal itu adalah bid'ah dan mencari-cari maknanya akan membahayakan agamanya. Kaum salaf takut, jika mencari-cari maknanya, mereka akan menjadi kafir.
- Menahan adalah bahawa kaum salaf tidak menyikapi lafazh-lafazh tersebut dengan di-tashrif atau diubah dengan bahasa yang lain, baik ditambah, dikurangi, disatukan dan dipisahkan. Bahkan, lafazh-lafazh tersebut tidak boleh diucapkan kecuali dengan lafazh-lafazh tersebut, baik dalam penuturan, i'rab, tashrif, dan bentuk.
- Cukup adalah menahan hati untuk mencari-cari dan berpikir tentangnya.
- Menyerahkan kepada orang berilmu adalah, bahawa kaum salaf tidak meyakini bahawa jika mereka tidak bisa mengetahui hal itu kerana ketidakmampuannya ini berarti juga bahawa hal tersebut tidak bisa diketahui oleh Rasulullah, para nabi, shiddiqin dan wali.
No comments:
Post a Comment